contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Jumat, 27 Agustus 2010

"Kita mau kemana Akira?". "Kita harus cepat keluar dari ruangan ini. Terlalu berbahaya jika kita terus berdiam disini". Akira memegang tangan Mikoto dengan erat, tak tau arah untuk kabur. Melewati ruangan yang berliku, hanya mengikuti kata hati. Semua ini tidak akan berakhir jika mereka tidak kabur dan yang berakhir hanyalah sebuah ketakutan. Ya...ketakutan yang akhirnya menjadi kenyataan.

Akira melihat celah disebelah kiri lorong yang dilewatinya. "Mikoto, kamu lebih baik sembunyi disini...akan lebih aman". Mikoto, tanpa cela menuruti apa yang dikatakannya. Mikoto yakin Akira akan baik-baik saja, yakin akan itu sepenuhnya. "Aku akan bersenang-senang dengan mereka". Sambil tersenyum sinis, Akira berbalik arah menuju pusat permasalahan. "Heei, para bocah nakal, Aku berpikir jika kita bermain sebentar karena aku melihat kalian sudah hilang kesabaran. and I think it will be fun". Mendengar ocehan itu membuat para "Samson" hilang kesabaran, blank minded.

Mereka menghujamkan pukulan, pisau tanpa ampun. Tapi Akira menghindar dengan tenang, namun sigap,cepat. Satu persatu Akira "membungkam" mereka dengan tanpa ampun juga. Mereka menjadi babak belur layaknya dihujam hujan batu. Seakan kekuatan, otot mereka berlima dan tambahan senjata tidak ada gunanya. Akira layaknya "Superman" pada malam itu. Kekuatan yang prima dari seorang pemuda.

"Ayo, sekarang sudah aman. Cepat!". Akira meraih tangan Mikoto dengan sigap beralri menuju jalan keluar. Mereka sudah kehabisan tenaga, tidak kuat untuk berlari lagi sampai pada akhirnya mereka berhenti pada suatu pintu besar. Dengan tenaga yang tersisa, Akira mendobrak pintu itu. Namun, semua itu hanya sia-sia. Pintu itu terlalu kuat. Akira melihat sekeliling, melihat barang yang bisa digunakan untuk mendobrak pintu. Dia melihat batangan besi yang cukup besar, panjang. "Semoga ini bisa membawa keberuntungan".

PRAAAAAAK......

Akhirnya pintu itu rusak dan bobol. Mereka masuk dan terkejut. Mereka berada di luar sekolah, tepatnya di halaman belakang dekat kantin. Dengan cuaca yang hujan lebat, mereka berdua pergi menjauh, keluar sekolah. "Ngomong-ngomong rumah kamu dimana?".Akira bertanya dan dari pertanyaannya itu sepertinya ia hendak ingin mengantarkan Mikoto pulang. "sebelah sini". 

Mereka pun sampai. Rumah yang besar dan indah bagi putri tunggal. "Terima kasih, Akira. Kamu menyelamatkanku hari ini. Aku tidak menyangka ini terjadi sebelumnya". Akira membalasnya dengan senyuman."Ada apa dengan tanganmu?"."Ini hanya luka ringan". Mikoto pun tersenyum. "Selamat malam, Akira. Semoga besok akan lebih baik". Mikoto berbalik, kembali ke "istana"nya. "Selamat malam juga, Mikoto". Akira pun memandang Mikoto sejenak dan berbalik arah. Menuju rumah sambil berpikir "Kenapa ini bisa terjadi?".

0

Mengenai Saya

Seorang filsuf ( cieah ) yang mau menulis apa saja dan hobi bermain sepak bola dan games.dan satu lagi, masih JOMBLO lho...